🍃Akan Dikumpulkan Bersama Siapa Saja Yang Engkau Cintai🍃
“Cinta adalah kelezatan. Siapa yang tidak merasakannya, maka seluruh hidupnya diwarnai gelisah dan penderitaan.”
Diantara sumber kebahagian seorang hamba adalah mahabbatullah, kecintaan kepada Allah Ta’ala dan mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh-Nya. Mahabbatullah (Kecintaan kepada Allah Ta’ala) adalah salah satu pokok kebaikan dan amalan bermanfaat paling baik dalam hidup manusia. Sebab, siapa saja yang cinta Allah Ta’ala, pasti Allah Ta’ala akan mencintainya. Siapa saja yang beramal dengan syariat-Nya niscaya akan dicintai Allah Ta’ala. Apabila seseorang telah dicintai oleh Allah Ta’ala, tiada sesuatu apapun yang perlu dia khawatirkan.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, anas bin Malik radillahu’anhu menceritakan “Ketika saya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari masjid, kami bertemu dengan seorang laki-laki di pintu masjid. Dan pria itu bertanya ‘Wahai Rasulullah, kapankah hari kebangkitan?’.” Beliau bertanya, “Apa persiapanmu menghadapi hari kiamat itu?” Lelaki itu seakan merasa bersedih, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, Saya tidak punya persiapan suatu yang besar baik berupa shalat, puasa, dan sedekah, tetapi saya mencintai Allah dan Rasul- Nya.” Mendengar ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau akan dikumpulkan bersama siapa saja yang engkau cintai.”
Ketika hadits ini didengar oleh Anas bin Malik lalu didengar oleh para sahabat, mereka pun sangat bergembira. Hingga, Anas bin Malik bertutur, “Maka saya pun mencintai Allah, dan (mencintai) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakar, dan Umar, juga saya berharap agar dikumpulkan bersama mereka, walaupun saya tidak beramal seperti amalan mereka.”
Mengapa para sahabat nabi sangat bergembira mendengar hadist ini. Bahkan digambarkan, mereka belum pernah merasakan kegembiraan setelah masuk Islam melebihi kegembiraan mereka mendengar hadist tersebut. Dikabarkan bahwa kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan seseorang pada kedudukan yang sedikit sekali bisa dicapai oleh amal. Sebab amal seorang hamba sering dihinggapi penyakit, kelalaian dan kekurangan. Berbeda dengan kecintaan yang tulus pada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang terhimpun pada hati seseorang. Hati itu akan mengganti kekurangan amalnya dan menempatkannya pada derajat yang tinggi.
Sungguh, mahabbatullah akan menambah amal yang sedikit, memberkahi usaha yang minim. Tak ada orang yang bersungguh-sungguh lalu menjeput kesuksesannya tanpa kehadiran cinta. Sama halnya tak ada orang yang amalnya kurang mendapat kebagiaan tanpa cinta.
Gambaran cinta diatas adalah sesuatu yang agung dan mulia. Ibnul Qayyim pernah bertutur tentang mahabbatullah:
“Cinta adalah tempat persinggahan yang menjadi ajang perlombaan bagi orang-orang yang bersaing, jadi sasaran mereka beramal, menjadi curahan yang mencinta, dengan sepoi angin cinta, para hamba yang beribadah merasakan ketenangan.
Cinta adalah santapan hati, gizi dan kegemaran jiwa. Cinta ibarat kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya tak ubahnya jasad tak bernyawa. Cinta adalah pelita. Siapa yang tidak menjaganya, dia ibarat tengah berada dilautan yang gelap gulita.
Cinta adalah obat penawar. Siapa yang tak memilikinya, hatinya dihinggapi beragam penyakit. Cinta adalah kelezatan. Siapa yang tidak merasakannya, maka seluruh hidupnya diwarnai gelisah dan penderitaan.”
Pemilik cinta kepada Allah dan Rasululllah akan membawa kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Ta’ala telah memutuskan pada hari ditetapkan ketentuan-ketentuan mahluk dengan kehendak dan nikmatNya yang tinggi bahwa kelak seseorang akan bersama orang yang dicintainya.
Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
Selasa, 11 Rojab 1442 Hijriyah
(Abu Musa Qoyyim)