Hidayah adalah mutiara berharga dari Allah yang tak setiap insan dapat memilikinya. Menapaki kehidupan di atas tuntunan petunjuk-Nya merupakan nikmat yang begitu besar dan merupakan impian setiap insan yang beriman. Oleh karenanya jika engkau telah memperolehnya maka jagalah ia dengan sebaik-baiknya.
Hidayah merupakan hak priogratif Allah Ta’ala dan tak seorang pun di antara manusia yang bisa memperolehnya kecuali bagi mereka yang dipilih oleh Allah. Bahkan jika sekiranya kita ingin membeli dan menukarnya dengan dunia beserta isinya, maka hidayah itu tak mampu engkau peroleh jika sekiranya bukan atas izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hidayah bukanlah barang dagangan yang bisa kita beli dengan harta, kemudian membagikannya kepada siapa saja yang kita inginkan. Hidayah juga bukanlah sesuatu yang bisa diwariskan, layaknya dari seorang bapak kepada anaknya. Begitu banyak orang tua yang memiliki kualitas kesholehan, namun ternyata anak keturunannya tak mampu mengikuti dan melanjutkan jejak kesholehan orang tuanya tersebut, begitupula dengan sebaliknya.
Saudaraku!
Mari kita renungkan bersama salah satu ungkapan yang penuh makna dari Imam Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan;
“Andai hidayah itu seperti buah yang bisa kubeli, maka akan kubeli berkeranjang-keranjang untuk aku bagi-bagikan kepada orang-orang yang aku cintai,” (Imam Syafi’i)
Dari sini kita akan memahami bahwa hidayah hanyalah milik Allah. Sebagai hamba Nya yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, tugas kita hanyalah menyampaikan dan mengajak orang lain menuju hidayah, serta menjadi perantara-perantara kebaikan bagi mereka.
Senada dengan perkataan di atas, Allah Ta’ala juga telah mengabarkan kepada kita semua tentang perkara hidayah ini. Sebagaimana firman-Nya di dalam al-Qur’an:
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf: 178).
Ketika hari demi hari yang kita lewatkan senantiasa dalam bimbingan petunjuk dari Allah, maka bersyukurlah atas itu semua. Karena hakikatnya itu merupakan hidayah dari-Nya dan Allah berkenan memilih kita untuk memilikinya dan bertapak di atasnya.
Saudaraku!
Terkadang ada perasaan di dalam hati, agar orang lain juga bisa merasakan seperti apa yang yang ada dalam diri kita sekarang. Jiwa ini senantiasa dipenuhi pengharapan agar segala bentuk kebaikan dan ketaatan yang kita lakukan sepatutnya juga bisa dimiliki oleh orang lain, utamanya orang-orang terdekat dalam hidup kita, seperti orang tua, saudara dan sahabat-sahabat kita.
Hal ini tentu sesuatu yang sangat wajar dan bahkan merupakan bagian dari fitrah kehidupan. Mengapa? Karena kita menginginkan agar bisa bersama-sama meniti jalan yang diridhai oleh Allah Azza wa Jalla dan merasakan manisnya berjalan di atas hidayah bersama mereka.
Sebaliknya pun demikian, kita akan sangat bersedih ketika ada di antara orang-orang yang kita sayangi belum mendapatkan hidayah dan hidupnya jauh dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Harapan kita semua sama, yaitu berkumpul bersama mereka dalam sebuah naungan hidayah. Bukan hanya sebatas di dunia sahaja, tetapi kekal hingga di dalam Jannah-Nya kelak. Namun, sekali lagi hidayah tak mampu kita beli dan diberikan kepada siapapun. Tugas kita adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengajak saudara kita menuju jalan hidayah. Mendoakan mereka dalam munajat-munajat harapan kepada sang pemilik hidayah, semoga Allah berkenan mengumpulkan kita semua dalam naungan petunjuknya.
Demikian Semoga Bermamfaat…
Wallahu ‘alam bishowab…