🍃Seperti Produk Cacat yang Tak Layak Jual, Bisa Jadi Amal Kita Hanya Membuat Payah Saja!!!
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
Artinya “Amal-amal yang hanya melelahkan.”
Ini adalah ayat ke-3 surah Al-Ghosyiyah, rangkaian ayat di awal surah ini bercerita tentang neraka dan para penghuninya.
“Karena syarat diterimanya suatu amal adalah ketika amal itu ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam”
Ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun cara yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah Muhammad Sholollahu alaihi wa salam. Astaghfirullah al’adzhim.
Menurut riwayat, Umar bin Khattab sering menangis saat mendengar ayat ini.
Suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in yang mulia, bermaksud menjual kain yg telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yg kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.” Begitu mendengar bahwa kain yg telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis.
Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha sahabatku, aku mengatakan dg sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yg pas.”
Tawaran itu dijawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu.
Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yg telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya, ternyata kain itu ada cacatnya.
Begitulah aku menangis kepada Alloh dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yg telah aku lakukan selama bertahun- tahun ini tidak ada cacatnya, mungkin di mata Alloh SWT sbg ahli-Nya ada cacatnya, itulah yg menyebabkan aku menangis.”
Semoga kita menyadari sedini mungkin tentang amal yg kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Hanya dg ilmulah kita akan mengetahui dimana letak kekurangan amal kita. Maka bukan hanya dengan beramal sebanyak-banyaknya tapi juga beramal dengan sebenar-benarnya. Karena syarat diterimanya suatu amal adalah ketika amal itu ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasululloh shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Wallahu a’lam.
Abu Ibrohim Ayyash
Solo, 9 Rojab 1442 Hijriyah